Minggu, 11 Mei 2008

Istighfar

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Sesungguhnya setiap manusia itu mempunyai kesalahan baik sedikit maupun banyak. Karena memang manusia itu adalah tempatnya lupa dan salah yang memang merupakan kelamahan dari manusia. Tapi itu semua sebenarnya dapat ditanggulangi dengan satu resep yang sangat ampuh. Yang dengan satu resep tersebut manusia dapat terangkat derajatnya dari manusia yang penuh dengan dosa dan noda kemaksiatan menjadi orang yang sangat mulia dihadapan Allah Azza wa jalla.

Sesungguhnya dosa yang dilakukan oleh manusia itu pasti mempunyai ampunan dari Allah azza wa jalla. Tapi bagaimanakah caranya memperoleh ampunan itu ??. Yaitu dengan Istighfar. Apakah istighfar itu..?. Istighfar artinya ialah memohon ampunan. Yang dimaksud ampunan ialah pemeliharaan dari perbuatan dosa. Ampunan merupakan sesuatu yang memiliki nilai lebih dari penutup aib, karena makna ampunan ialah pemeliharaan dari kejahatan dosa, sehingga seorang hamba tidak disiksa karena dosa itu. Siapa yang diampuni dosanya berarti dia tidak di siksa. Adapun jika dosa itu hanya sekedar ditutupi, maka dia akan tetap disiksa dalam batinnya. Siapa yang disiksa karena dosa baik secara batin maupun lahirnya, berarti dia tidak diampuni. Ampunan dosa terjadi jika dia tidak disiksa dengan suatu siksaan yang mestinya dia disiksa karena dosanya itu.

Istigfar mempunyai urgensi yang sangat besar dalam islam. Banyaknya ayat dalam Al-qur’an yang membicarakan masalah ampunan dan istighfar, baik berupa perintah, pujian maupun tuntutan. Allah telah memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mengerjakan istighfar, sebagaimana firman-Nya,

“Dan mohonlah ampunan kepada allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.”(An-Nisa’:106).

Allah juga memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengerjakannya. Firman-Nya,

“Dan, mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang."(Al-Muzzammil:20).

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“sesungguhnya hatiku benar-benar ada tutupan dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah seratus kali dalam sehari”(H.R. Muslim,Abu Daud dan Ahmad).


“Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sekiranya kalian tidak berdosa, maka Allah akan mematikan kalian dan Dia akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa, lalu mereka memohon ampunan kepada Allah, sehingga Allah mengampuni mereka”(H.R.Muslim,at-Tirmidzy dan Ahmad).

Bagaimanakah sekarang setelah kita mengerti tentang istighfar kita dapat melakukan suatu istighfar yang ‘bermutu’ di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tentunya kita harus memenuhi beberapa syarat tertentu agar istighfar kita di terima. Diantara Syarat-syarat itu ialah:

1. Mengikhlaskan hati karena Allah dan menghadirkannya bersama lafazh yang terucap, karena ikhlas merupakan asas diterimanya setiap ketaatan. Jadi hati harus mempunyai keikhlasan untuk menghadap Allah, sambil menunjukkan ketundukan, kekhusu’an dan kepatuhan, mengiringi kata-kata yang terucap di lisan. Kata-kata yang terucap harus menerjemahkan keyakinan dan kekhusukan yang ada di dalam hati.

2. Tidak senantiasa melakukan dosa. Orang yang melakukan Istighfar harus melepaskan diri dari dosa yang pernah dilakukannya. Allah Azza wa Jalla berfirman “…dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedang mereka mengetahuinya.”(Ali-Imran:13). Al-Fudhail bin Iyadh Rahimahullah berkata, “memohon ampunan tanpa meninggalkan dosa merupakan taubatnya para pendusta”(Fathul Bary, Majmu’ Al-Fatawa).

3. Membenarkan dengan hati dan keyakinan terhadap pahala.

4. Aktif mengerjakan berbagai macam kebaikan dan ketaatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Tetapi orang yang berlaku zhalim kemudian ditukarnya kezhaliman itu dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya), Maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(An-Naml:11).

Setelah kita tahu syarat-syarat untuk beristighfar maka kita juga harus mengerti kepada siapa kita itu menghadap. Maka untuk itu kitapun harus mengetahui tentang adab-adab dalam beristighfar, yang di antaranya,

1. Dalam keadaan bersuci, yang didasarkan kepada sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam,”Tidaklah seseorang melakukan suatu dosa, kemudian dia bangkit bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia bangkit bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla, melainkan Allah mengampuni dosanya.”. Kemudian beliau membaca ayat, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?”(Ali Imran:135).

2. Memilih waktu-waktu yang utama, yaitu dengan memilih waktu yang sesuai untuk ketenangan dan kekhusyukan hati. Adapun waktu yang paling utama ialah pada waktu sahur. Allah telah memuji orang-orang yang memohon ampunan pada waktu-waktu sahur, dalam firman-Nya, “…dan orang-orang yang memohon ampun pada waktu sahur”(Ali Imran:17).

3. Banyak-banyak memohon ampunan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,”Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya lebih dari tujuhpuluh kali dalam sehari.”

4. Hendaknya menjadikan Istighfar sebagai penutup segala urusan. Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu membuat kesimpulan mengenai ajal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan turunnya surat An-Nashr, karena di dalam surat ini beliau diperintahkan untuk bertasbih dan istighfar.

Ikhwan wa Akhwat yang dirahmati Allah marilah kita sebagai makhluk Allah yang dapat berfikir, marilah mulai sekarang kita terus berfikir apa saja dan berapa banyak dosa yang telah kita lakukan. Marilah kita bermuhasabah sebelum kita melakukan kegiatan apa baiknya kegiatan yang akan kita lakukan lebih besar mana antara manfaat dan mafsadatnya, setelah itu kembali kita bermuhasabah untuk mengevaluasi apa-apa yang telah kita kerjakan guna memaksimalkan kegiatan kita selanjutnya. Bermuhasabahlah sendiri-sendiri karena sesungguhnya setiap makhluk itu mempunyai dosa yang berlainan dan janganlah mengkhususkan waktu tertentu saja dalam bermuhasabah.

Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaha illa Anta Astaghfiruka wa atubu Ilaika.


Pustaka :
Istighfar, Ahammiyah wa Hajatul-‘Abd Ilaihi, Ibnu Taimiyah, Dar Ibnu Hazm, Beirut 1415 H.

0 komentar: