Sabtu, 16 Agustus 2008

Saat Menolak, Saat Ditolak

10/24/2003 11:19:47 AM - Oleh DSW


Proposal nikah tak selamanya berjalan mulus. Bagaimana agar tak menimbulkan luka?

Menolak dengan ma ruf :

  1. Agar tak banyak bimbang dan bingung dalam bersikap, tentukan kriteria atau calon pasangan sejak jauh-jauh hari. Ingin suami yang seperti apa, sih? Umumnya kriteria itu menyangkut aspek ruhiyah, aqliyah dan jasadiyah (fisik).
  2. Tentukan skala prioritas dari standart yang telah dibuat. Misalnya, nomor satu masalah agamanya, kedua, kepribadian, baru masalah keluarga, status sosial, ekonomi, fisik dan lainnya.
  3. Saat ada proposal masuk, gali data dan informasi sebanyak mungkin. Caranya? Tempuh prosedur ta aruf yang benar! Bisa bertanya langsung, bisa secara tertulis, atau bisa lewat pihak ketiga.
  4. Sinkronkan data yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ingat, bukan sekedar mengukur apakah dia cocok buat saya tapi juga apakah saya cocok buat dia.
  5. Selain pertimbangan syariah, gunakan juga ukuran logika umum. Islam tidak melarang logika, justru mendukung penggunaan logika dan emosi. Misalnya, ternyata si dia jauh di atas; sudahlah keturunan raja, konglomerat, sementara saya rumahnya masih di pinggir kali. Sanggupkah kita menghadapi kesenjangan itu?
  6. Jika terlalu jauh meleset, segera putuskan untuk katakan tidak. Jangan memberi harapan-harapan kosong hanya karena bimbang.
  7. Jika ada kecocokan, meski tidak seratus persen sebab ini sangat sulit, minta waktu untuk mempertimbangkannya. Jangan terlalu lama.
  8. Lakukan penolakan sebelum proses khitbah atau lamaran resmi yang sudah melibatkan keluarga dua belah pihak.
  9. Sampaikan penolakan secara jelas, termasuk alasannya.
  10. Cermati bagaimana kepribadiannya, jika tergolong sensitif pilih alasan umum yang tidak menyakitkan. Misalnya, jangan katakan saya tidak bisa menerima karena fisik Anda kurang oke, atau Anda kurang cerdas. Katakan saja, setelah shalat istikharah dan mempertimbangkan baik-baik, mohon maaf, saya tidak bisa menerima proposal ini.


Ditolak tetap ikhlas:

  1. Sebelum mengajukan proposal pada seseorang, siapkan mental bahwa ada dua kemungkinan: diterima atau ditolak.
  2. Tetapkan tujuan dengan ikhlas dan berdimensi ke depan: saya sedang menjajagi calon ibu atau calon ayah buat anak-anak saya, bukan cuma mencari pendamping hidup.
  3. Saat ditolak, ambil hikmahnya dan berpikir positiflah bahwa Allah telah membuka tabir rahasia-Nya; dia memang bukan yang terbaik buat saya; dia memang bukan calon ibu atau ayah buat anak-anak saya kelak.
  4. Jauhi pikiran yang mendiskreditkan diri sendiri. Misalnya, ah, saya memang bukan orang kaya, saya bukan orang terhormat dan sebagainya. Dikhawatirkan, pikiran-pikiran semacam itu akan membuat kita menggugat takdir-Nya.
  5. Alihkan energi kesedihan, kekecewaan, malu atau marah -selama dalam batas wajar adalah lumrah dan manusiawi- dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, baik buat diri mau pun orang lain.
  6. Segera bangkit dan tetap optimis untuk mendapatkan calon pengganti. Ingat, kita bukan sedang mengejar-ngejar si A, tapi sedang mencari teman penjalanan menuju gerbang surga!

(dsw/Konsultan ahli: Budi Darmawan, Psi. dan Rustika Thamrin, Psi.)

0 komentar: