Sabtu, 28 Februari 2009

Seruan Azzam

"Wahai kamu, anak-anak Islam! Biasakan dirimu dengan kebisingan bom-bom, peluru mortir dan pekikan senapan dan tank. Jauhilah kemewahan. Wahai kaum Muslimin, berimanlah dengan apa yang diimani oleh generasi pertama umat Islam, amalkan kebaikan, baca dan hafalkan al-Qur'an. Berhati-hatilah dengan apa yang kau katakan. Shalatlah pada malam hari, amalkan puasa sunat, carilah teman pergaulan yang baik dan ikutlah dalam pergerakan Islam. Ketahuilah bahwa pemimpin pergerakan tiada punya kuasa atas kamu untuk menghalangi kamu berjihad, atau mencegah kamu meninggalkan jihad demi menyebarkan dakwah, lantas menjauhkan kamu dari medan perang... Jangan sekali-kali minta pembenaran (lagi) kepada siapapun tentang jihad, sebab kebenarannya sudah pasti." ( Abdullah Azzam )

Jumat, 27 Februari 2009

Jangan pernah berputus asa

Dari blog:Menyibak Mendung


Dalam kehidupan ini pastilah kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, baik untuk kehidupan dunia terlebih untuk akherat. Kita juga pasti mempunyai cita-cita tinggi, mempunyai tujuan yang mulia dan sebagainya. Bagaimana kalau di tengah jalan ada cobaan yang sangat berat? Ternyata tidak semuanya bersikap sama. Ada diantara kita yang tetap tabah menghadapi ujian itu, ada yang tetap sabar. Namun sayang sekali.. tidak sedikit diantara kita berputus asa dan berbalik arah. Padahal sesungguhnya semua urusan untuk orang mu’min itu baik sebagaimana sabda Rosululloh SAW : “Sungguh sangat menakjubkan urusan orang-orang mu’min, apabila ia mendapat nikmat, ia bersyukur, apabila ia tertimpa musibah, ia bersabar”. Selayaknya orang-orang beriman menghadapi musibah dengan sabar dan jangan malah berputus asa. Alloh SWT sangat membenci orang-orang yang berputus asa dari rahmatNya.
Pernahkah kita perhatikan seorang bayi yang sedang belajar berjalan. Dia jatuh, bangun lagi, jatuh lagi, bangun lagi. Dia tak pernah kapok untuk belajar berjalan, dia tidak pernah bosan untuk mencoba hal yang sama terus-menerus,sedemikian uletnya dia seolah-olah ia tahu bahwa inilah jalan keberhasilan yang harus ditempuh. Tanpa kenal lelah dia terus berusaha dan terus berlatih hingga akhirnya ia bisa berjalan sebagai buah dari usaha yang dilakukan selama ini. Bayangkan kalau saat ia jatuh lalu sang bayi memutuskan untuk berhenti berusaha, putus asa ataupun ia bosan lalu ia bermalas-malasan, dapat dipastikan ia takkan bisa berjalan sampai dewasa. Tapi Alloh SWT menciptakan bayi tidak seperti itu. Secara naluri ia akan berlatih dan terus berlatih hingga ia bisa berjalan.
Pernahkah kita melihat diri kita yang sedang berikhtiar, sedang mencari ilmu atau sedang berkarya untuk hasil terbaik lalu banyak ujian, cobaan dan aral rintang menghadang, apakah kita akan mandeg, atau terus istiqomah dan terus konsisten atas usaha yang sedang kita jalani? Ya sikap istiqomahlah yang harus kita pilih, bukan sebaliknya. Kalau kita di tengah jalan berputus asa, sia-sialah usaha kita selama ini. Sangat disayangkan bukan? Pantang menyerah, itulah yang harus kita lakukan agar kita bisa meraih tujuan dan memperoleh keberhasilan dari usaha yang sedang kita jalani.
Banyak sekali ayat-ayat dalam Al Quran yang melarang kita untuk berputus asa seperti dalam Al Quran Surat Yusuf ayat 81, Alloh SWT berfirman artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya danjangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Pada ayat tersebut diceritakan bahwa Nabi Ya’kub meminta anak-anaknya untuk mencari Yusuf. Ia sudah sangat rindu kepada Yusuf, anak kesayangannya yang mempunyai kelebihan dibanding anak-anaknya yang lain karena telah sekian lama berpisah sejak Yusuf ketika dulu diajak bermain oleh saudara-saudaranya yang lain. . Nabi Ya’kub berpesan kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa dari rahmat Alloh agar mereka terus dan terus mencari Yusuf sampai ketemu. Akhirnya atas izin Alloh akhirnya mereka dapat bertemu Yusuf.
Demikian juga dalam Al Quran Surat Al Hijr ayat 51-56 Alloh SWT berfirman :
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: “Salaam.” Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.” Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?” Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.
Ayat di atas menceritakan bahwa para malaikat memberi kabar gembira kepada Ibrohim AS bahwa Ia akan dkaruniai seorang anak yang alim yaitu nabiyulloh Ishak AS, padahal ketika itu usianya sudah renta. Secara logika sungguh sulit mempunyai keturunan saat usia sudah lanjut. Karena itu Ibrahim menyanggahnya dengan mengatakan bahwa bagaimana mungkin ia akan mempunyai anak sementara usianya sudah lanjut. Lalu malaikat meyakinkan Nabi Ibrahim bahwa kabar gembira yang diterimanya adalah benar dan berpesan agar ia tidak termasuk orang yang berputus asa. Dan memang benar Nabi Ibrahim tidak pernah berputus asa dari rahmat Alloh, walaupun usia sudah lanjut namun ia terus berdoa agar mendapatkan seorang keturunan, sebagaimana ayat ke 56 yaitu “Tidak berputus asa dari rahmat Alloh kecuali orang-orang yang sesat.”
Mungkin diantara kita ada yang sedang diuji Alloh SWT , sulit mendapatkan keturunan bisa mengambil ibrah dari kisah Ibrahim ini. Terus dan teruslah berdoa kepada Alloh SWT agar dkaruniai anak yang sholeh dan sholehah sambil berikhtiar agar apa yang kita inginkan terkabul.
Pada ayat yang lain yakni dalam Al Quran Surat Al Insyiroh ayat 5-6 Alloh SWT berfirman : “Fainna ma’al ‘usrii yusron, inna ma’al ‘usrii yusron
Artinya :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
Pada ayat di atas Alloh SWT menyebutkan sampai dua kali bahwa sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan. Pada ayat tersebut Alloh SWT membimbing kita agar jangan pernah menyerah pada keadaan sesulit apapun. Jangan pernah berputus asa. Karena apa? Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Yakinlah bahwa harapan itu masih ada. Jadi, tidak ada alasan buat kita untuk loyo, patah semangat, dan berkeluh kesah karena ditimpa ujian atau musbah. Teruslah semangat agar tercapai harapan-harapan kita.
Ikhwah fillah, jangan pernah berputus asa. Ingat bahwa rahmat Alloh SWTsangat luas, Alloh SWT juga tidak akan membebani hamba melainkan sesuai kemampuannya. Tidak ada kamusnya bagi seorang muslim untuk berputus asa dalam kehidupan, karena sesungguhnya banyak kisah teladan yang menggambarkan seberapa dekatnya ia dengan keberhasilan, lalu kandas d tengah jalan gara-gara ia berputus asa. Jadi apapun ujian yang menghadang kita, tetaplah optimis bahwa suatu saat nanti kita akan berhasil. Tetaplah semangat dalam meraih tujuan yang mulia.Allohu Akbar !
Wallohu a’lam bishshowab

Rabu, 25 Februari 2009

RINGAN DI LISAN BERAT DI TIMBANGAN

Sumber: http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/02/08/ringan-di-lisan-berat-di-timbangan/

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Kedua kalimat ini merupakan penyebab kecintaan Allah kepada seorang hamba.” Beliau juga berpesan, “Wahai hamba Allah, sering-seringlah mengucapkan dua kalimat ini. Ucapkanlah keduanya secara kontinyu, karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) dan dicintai oleh ar-Rahman, sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikanmu sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan, ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘azhim’. Maka sudah semestinya setiap insan mengucapkan dzikir itu dan memperbanyaknya.” (Syarh Riyadh as-Shalihin, 3/446).

Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Allah dengan nama-Nya ar-Rahman –Yang Maha pemurah-. Hikmahnya adalah –wallahu a’lam- karena untuk menunjukkan keluasan kasih sayang Allah ta’ala. Sebagai contohnya, di dalam hadits ini diberitakan bahwa Allah berkenan memberikan balasan pahala yang banyak walaupun amal yang dilakukan hanya sedikit (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/883)

Subhanallahi wabihamdih
Makna ucapan subhanallah –Maha suci Allah- adalah; anda menyucikan Allah ta’ala dari segala aib dan kekurangan dan anda menyatakan bahwa Allah Maha sempurna dari segala sisi. Hal itu diiringi dengan pujian kepada Allah –wabihamdih- yang menunjukkan kesempurnaan karunia dan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepada makhluk serta kesempurnaan hikmah dan ilmu-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446)

Apabila telah terpatri dalam diri seorang hamba mengenai pengakuan dan keyakinan terhadap kesucian pada diri Allah dari segala kekurangan dan aib, maka secara otomatis akan terpatri pula di dalam jiwanya bahwa Allah adalah Sang pemilik berbagai kesempurnaan sehingga yakinlah dirinya bahwa Allah adalah Rabb bagi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan keesaan Allah dalam hal rububiyah tersebut merupakan hujjah/argumen yang mewajibkan manusia untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah –tauhid uluhiyah-. Dengan demikian maka kalimat ini mengandung penetapan kedua macam tauhid tersebut –rububiyah dan uluhiyah- (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/885)

Makna pujian kepada Allah
Al-Hamdu atau pujian adalah sanjungan kepada Allah dikarenakan sifat-sifat-Nya yang sempurna, nikmat-nikmat-Nya yang melimpah ruah, kedermawanan-Nya kepada hamba-Nya, dan keelokan hikmah-Nya. Allah ta’ala memiliki nama, sifat dan perbuatan yang sempurna. Semua nama Allah adalah nama yang terindah dan mulia, tidak ada nama Allah yang tercela. Demikian pula dalam hal sifat-sifat-Nya tidak ada sifat yang tercela, bahkan sifat-sifat-Nya adalah sifat yang sempurna dari segala sisi. Perbuatan Allah juga senantiasa terpuji, karena perbuatan-Nya berkisar antara menegakkan keadilan dan memberikan keutamaan. Maka bagaimana pun keadaannya Allah senantiasa terpuji (lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah karya Syaikh as-Sa’di, hal. 7)

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “al-hamdu adalah mensifati sesuatu yang dipuji dengan sifat-sifat sempurna yang diiringi oleh kecintaan dan pengagungan -dari yang memuji-, kesempurnaan dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan. Maka Allah itu Maha sempurna dalam hal dzat, sifat, maupun perbuatan-perbuatan-Nya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 10)

Subhanallahil ‘azhim
Makna ucapan ini adalah tidak ada sesuatu yang lebih agung dan berkuasa melebihi kekuasaan Allah ta’ala dan tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya daripada-Nya, tidak ada yang lebih dalam ilmunya daripada-Nya. Maka Allah ta’ala itu Maha agung dengan dzat dan sifat-sifat-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446).

Hal itu menunjukkan keagungan, kemuliaan, dan kekuasaan Allah ta’ala, inilah sifat-sifat yang dimiliki oleh-Nya. Di dalam bacaan dzikir ini tergabung antara pujian dan pengagungan yang mengandung perasaan harap dan takut kepada Allah ta’ala (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/884-885).

 

Singkatan dalam SMS

sumber: http://pqr.blog.friendster.com/2007/05/singkatan-dalam-sms/

Friday, 18 May, 2007

Assalaamu`alaykum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh

Barusan mbaca message dari teman mengenai penulisan salam di SMS.
Maksud singkatan ” A’kum” Assalamu’alaikum
Untuk renungan bersama :
Janganlah kita menggantikan perkataan “Assalamualaikum” dengan “A’kum” dalam sms atau apa sekalipu melalui tulisan. Jika perkataan Assalamualaikum itu panjang, maka hendaklah kita ganti dengan perkataan “Salam” iaitu sama makna dengan Assalamualaikum. Sesama lah kita memberitahu member-member yang selalu sangat guna shortform A’kum dalam sms ataupun email. Perkataan ‘AKUM’ adalah gelaran untuk orang-orang Yahudi untuk orang-orang bukan yahudi yang bermaksud ‘BINATANG’ dalam Bahasa Ibrani.
Ia singkatan daripada perkataan ‘Avde Kokhavim U Mazzalot’ yang bermaksud ‘HAMBA-HAMBA BINATANG DAN ORANG-ORANG SESAT’. Mulai sekarang jika ada orang hantar shortform “A’kum”, kita ingatkan dia guna “Salam” kerana salam ialah dari perkataan Assalamualaikum. Semoga ada manfaatnya.
JIKA ANDA TIDAK KEBERATAN , FORWARD LAH CERITA KEPADA TEMAN TEMAN MU, KERANA SESUNGGUHNYA ILMU YANG BERMANFAAT ITU , AKAN ABADI JIKA DIAMALKAN.

Meskipun ini merupakan hoax yaitu othak-athik-mathuk (jawa) yang artinya menyambung-nyambungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun ada pelajaran yang bisa diambil, jangan suka menyingkat salam. Kalau dari pengalaman pribadi, aku pernah dimaki oleh seorang temen karena mengawali SMS dengan kata ass dengan jawaban what ass? ass-hole?. Juga mengenai penulisan 4JJ1, apa sih sulitnya nulis Allah (atau Allaah). Nah bagi temen-temen yang suka ngirim SMS dengan menyingkat-nyingkat kata, tolong dong diperhatiin, jaga ya agama ini.

Ya… itulah SMS, Short, pendek, seringkali pembacanya salah mengartikan karena beda cara membacanya (nada bicaranya). Misalnya kita mengirim kalimat “Ad ap c?“, maksud kita menanyakan sesuatu, tapi karena yang mbaca make logat ketus, jadinya malah ngga enak, kita dikira terganggu oleh perilaku dia. So, ati-ati ya…

Wassalaamu`alaykum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh

Senin, 16 Februari 2009

Menggapai Ikhlas...

Jun 9, '06 12:21 AM
for everyone

Pencarianku tentang ilmu ikhlas tidak berhenti. Memang bukankah kita diwajibkan untuk terus menuntut ilmu, apalagi yang berhubungan dengan ilmu agama.

Sekedar sharing dari beberapa tulisan yang aku temui, juga beberapa komentar yang diberikan oleh teman-temanku ketika kutulis ‘Ke mana harus kucari ikhlas’.


Dari Mbak Dini, dia memberikan sebuah artikel di republika, yang lengkapnya bisa dibaca di sini.

Dalam artikel itu dijelaskan, ketika ada seorang sahabat yang bertanya tentang apa itu ikhlas kepada Baginda Rasulullah, Rasulullah menunda memberi jawaban, dan memilih beliau bertanya kepada Jibril. Jibril pun bertanya kepada Allah. Dan apa yang dikatakan Allah tentang ikhlas ini, beginilah sabda-Nya “Ikhlas adalah
Suatu rahasia dari rahasia-KU yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-KU yang Ku-cintai.

‘Hamba – hamba yang Kucintai’, jawaban yang akan langsung menohok dada siapa pun. Apakah kita termasuk orang yang dicintai Allah? Apakah kita berusaha agar Allah mencintai kita? Jangankan Allah, apakah keluarga kita, orang – orang terdekat dengan kita telah benar – benar mencintai kita?

Kita mungkin tidak akan tahu jawabannya. Tapi yang tetap harus kita usahakan adalah bagaimana agar Allah sudi menaruh ikhlas itu di hati kita. Ya, bagaimana agar kita bisa dicintai oleh-Nya.

Kalau boleh menggunakan pengandaian sederhana, jika kita menginginkan seseorang mencintai kita, sepatutnyalah kita mulai mencintainya terlebih dahulu. Melaksanakan apa – apa yang dia suka. Oleh karenanya, Jika kita ingin dicintai oleh Allah adalah sudah seharusnya kita mulai mencintai-Nya.

Apakah wadah untuk menumbuhkan kecintaan kita kepada Allah, mungkin hal – hal berikut bisa kita terapkan.

1) Membaca al-Qur'an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Karena di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat cerita – cerita kaum sebelum kita baik yang dilaknat maupun dicintai Allah. Kewajiban – kewajiban kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah tidak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya. Balasan tentang amal perbuatan baik dan buruk. Dan masih banyak lagi. Semua ini karena Al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah SWT kepada kita semua melalui Rasulullah SAW sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dengan baik sebelum menuju kehidupan yang kekal kelak di akhirat nanti

2) Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3) Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :"Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu".

4) Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5) Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma'rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma'rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma'rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af'al-af'al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.

6) Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7) Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu'. Hati yang khusyu' tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8) Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9) Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t. Sebab orang – orang yang mencintai Allah akan selalu berusaha mengingat Allah, akan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bergaul dengan mereka akan selalu menjaga diri kita dari perbuatan yang membawa kita pada murka Allah.

10) Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala. Mungkin kita pernah mendengar tentang hadits yang mengatakan apabila seseorang melakukan kejahatan atau perbuatan yang tidak disukai Allah, maka akan ada satu noda hitam di hatinya. Dan ketika dia banyak melakukan kejahatan, maka penuhlah hatinya dengan noda hitam itu. Dan hatinya menjadi mati. Ketika hati atau kalbu kita menjadi mati, maka kita tidak akan mampu berkomunikasi dengan Allah lagi, seperti halnya pintu yang engselnya sudah karatan, dan tidak bisa terbuka, maka pertemuan dengan orang lain yang berada di sebrang pintu tidak akan mungkin dilakukan

Semoga Allah selalu memberi kita kekuatan untuk terus berusaha menggapai cinta-Nya dengan menjalankan apa – apa yang dicintai-Nya.

- Tokyo, 9th of June 2006, @lab-

Jumat, 13 Februari 2009

Valentine’s Day…


Kalau orang-orang (terutama anak muda) merasa gembira dan semangat menyambut hari ini, saya justru merasa terenyuh. Karena menurut saya, valentine’s day ini adalah contoh Ghazwul Fikr yang sangat sukses tertanam didalam jiwa generasi muda islam. Entah kenapa. Padahal jelas-jelas hal ini tidak ada dalam islam. Dan kita semua pun tahu gimana sejarah adanya valentine’s day ini (kalo belom tahu dan ingin tahu, klik di sini).

Sebenarnya gimana sih hukum valentine dalam islam? Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan, "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:

Pertama; ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya” (Al Isra’ : 36).

Oleh karena itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng (mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

Rasulullah s.a.w juga bersabda :Man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum.” Artinya “Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya."

Sebagian besar ulama Islam seperti Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyah melarang umat Islam untuk ikut merayakan valentine. Menurut beliau, hari besar yang diharamkan untuk terlibat di dalamnya adalah semua jenis hari raya pemeluk agama lain selain Islam. Bahkan beliau meluaskan mengertiannya bahwa tidak hanya yang terkait dengan hari besar agama non Islam, tetapi hari raya apapun yang tidak ada dasarnya dalam Islam pun juga diharamkan untuk menjalankannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al Kaafirun ayat 6 :
"Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku."

Islam tidak mengenal hari kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam bersifat universal, tidak dibatasi waktu dan tempat dan tidak dibatasi oleh objek dan motif. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad:"Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (H.R. Bukhari).

Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah saw. bersabda :

"Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari" HR. Muslim.

Kasih sayang dalam Islam diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturahmi, menjenguk yang sakit, meringankan beban tetangga yang sedang ditinpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran (amar ma'ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar.

Wallahu Alam Bishowab..

Artikel lain tentang Valentine, klik di sini

Sumber:

http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/valentineday.htm

http://windarstory.blogspot.com/2007/02/pandangan-islam-terhadap-valentine.html

http://www.alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=314

Sejarah valentine

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Lupercalia” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.

Pada pesta itu, para pemuda desa selalu berkumpul pada medio Februari. Mereka menuliskan nama-nama gadis di desanya, dan meletakkannya ke dalam sebuah kotak. Setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut.

Maka, gadis yang namanya terpilih itu akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Pemuda itu pun mengirim sebuah kartu yang bertuliskan "Dengan nama Tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini." Para pemuka Nasrani pada zaman-zaman itu mengalami kesulitan untuk mengubah tradisi tersebut. Akhirnya, diputuskan mengganti kalimat "Dengan nama Tuhan Ibu" menjadi "Dengan nama Pendeta Valentine", sehingga dapat mengikat para pemuda dengan ajaran Nasrani.

Catatan itu bisa menjadi sangat menarik ketika dalam perkembangannya, apa yang dilakukan para pemuda desa itu pun seolah-olah jadi acuan dalam perayaan Valentine, terutama di kalangan anak muda. Selain saling mengucapkan "Selamat Hari Valentine, mereka juga berkirim kartu dan bunga, saling curhat.

Ucapan sayang dan cinta tumpah-ruah ketika itu. Terkadang muncul pula tradisi deviatif berupa pertukaran pasangan. Ada juga opini bahwa Hari Valentine menjadi momentum paling afdol untuk mencari pasangan. Pesta perayaan, baik massal maupun sekadar berduaan dengan pasangannya, digelar. Tidak heran apabila Valentine sering pula disebut hari milik anak muda dengan segala atribut perayaannya.

Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta ‘lupercalia’ kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.


Kontroversi

Tidak bisa dimungkiri, perayaan Hari Valentine masih memunculkan kontroversi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Satu pihak dengan teguh menganggap Valentine bagus dirayakan dengan pemaknaan Hari Kasing Sayang.

Pihak yang menentang menyebutnya sebagai bagian kebudayaan Barat, yang sama sekali tak sesuai dengan adat ketimuran.

Dari kalangan agama, khususnya Islam, muncul pula reaksi serupa. Sebagian menyebut Valentine tak pas dirayakan umat Islam, karena latar belakang historisnya yang lebih dekat ke kebudayaan Kristiani. Bahkan, orang Islam yang tidak sepakat menyebut perayaan Hari Valentine sebagai bid'ah, karena tidak ada dasar hukumnya dalam syariat Islam.

Bahkan, sebagian kalangan Kristiani pun ada yang tak sepakat dengan perayaan Valentine. Mereka menilai perayaan itu bukanlah ritus keagamaan, tapi aktivitas tradisi yang merujuk penyembahan berhala sebelum zaman Kristen. Yang jadi rujukan mereka adalah tradisi Pra-Kristen di Romawi yang memuja dua berhala: Nimrod dan Lupercalia.

Sumber:

http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/valentineday.htm
http://windarstory.blogspot.com/2007/02/pandangan-islam-terhadap-valentine.html
http://www.alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=314

Valentine dalam pandangan ISLAM (history & Aqidah)


http://cakfarid.wordpress.com/2007/02/14/valentine-dalam-pandangan-islam-history-aqidah/

(Ust. Ahmad Sarwat, Lc)

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.

Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani

Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.

Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).

Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.

Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.

Valentine Berasal dari Budaya Syirik.

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.

Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.

Semangat valentine adalah Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.

Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?

Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.

Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Ust. Ahmad Sarwat, Lc)