Senin, 16 Februari 2009

Menggapai Ikhlas...

Jun 9, '06 12:21 AM
for everyone

Pencarianku tentang ilmu ikhlas tidak berhenti. Memang bukankah kita diwajibkan untuk terus menuntut ilmu, apalagi yang berhubungan dengan ilmu agama.

Sekedar sharing dari beberapa tulisan yang aku temui, juga beberapa komentar yang diberikan oleh teman-temanku ketika kutulis ‘Ke mana harus kucari ikhlas’.


Dari Mbak Dini, dia memberikan sebuah artikel di republika, yang lengkapnya bisa dibaca di sini.

Dalam artikel itu dijelaskan, ketika ada seorang sahabat yang bertanya tentang apa itu ikhlas kepada Baginda Rasulullah, Rasulullah menunda memberi jawaban, dan memilih beliau bertanya kepada Jibril. Jibril pun bertanya kepada Allah. Dan apa yang dikatakan Allah tentang ikhlas ini, beginilah sabda-Nya “Ikhlas adalah
Suatu rahasia dari rahasia-KU yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-KU yang Ku-cintai.

‘Hamba – hamba yang Kucintai’, jawaban yang akan langsung menohok dada siapa pun. Apakah kita termasuk orang yang dicintai Allah? Apakah kita berusaha agar Allah mencintai kita? Jangankan Allah, apakah keluarga kita, orang – orang terdekat dengan kita telah benar – benar mencintai kita?

Kita mungkin tidak akan tahu jawabannya. Tapi yang tetap harus kita usahakan adalah bagaimana agar Allah sudi menaruh ikhlas itu di hati kita. Ya, bagaimana agar kita bisa dicintai oleh-Nya.

Kalau boleh menggunakan pengandaian sederhana, jika kita menginginkan seseorang mencintai kita, sepatutnyalah kita mulai mencintainya terlebih dahulu. Melaksanakan apa – apa yang dia suka. Oleh karenanya, Jika kita ingin dicintai oleh Allah adalah sudah seharusnya kita mulai mencintai-Nya.

Apakah wadah untuk menumbuhkan kecintaan kita kepada Allah, mungkin hal – hal berikut bisa kita terapkan.

1) Membaca al-Qur'an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Karena di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat cerita – cerita kaum sebelum kita baik yang dilaknat maupun dicintai Allah. Kewajiban – kewajiban kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah tidak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya. Balasan tentang amal perbuatan baik dan buruk. Dan masih banyak lagi. Semua ini karena Al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah SWT kepada kita semua melalui Rasulullah SAW sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dengan baik sebelum menuju kehidupan yang kekal kelak di akhirat nanti

2) Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3) Melanggengkan dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar dzikirnya kepadaNya. Dzikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :"Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berdzikir) kepadaKu".

4) Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Memprioritaskan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun beresiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah derajat para Nabi, diatas itu derajat para Rasul dan diatasnya lagi derajat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah derajat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5) Kontinuitas musyahadah (menyaksikan) dan ma'rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma'rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma'rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af'al-af'al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.

6) Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan mengantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7) Ketertundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu'. Hati yang khusyu' tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan mengantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8) Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Kapankan itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9) Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t. Sebab orang – orang yang mencintai Allah akan selalu berusaha mengingat Allah, akan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bergaul dengan mereka akan selalu menjaga diri kita dari perbuatan yang membawa kita pada murka Allah.

10) Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala. Mungkin kita pernah mendengar tentang hadits yang mengatakan apabila seseorang melakukan kejahatan atau perbuatan yang tidak disukai Allah, maka akan ada satu noda hitam di hatinya. Dan ketika dia banyak melakukan kejahatan, maka penuhlah hatinya dengan noda hitam itu. Dan hatinya menjadi mati. Ketika hati atau kalbu kita menjadi mati, maka kita tidak akan mampu berkomunikasi dengan Allah lagi, seperti halnya pintu yang engselnya sudah karatan, dan tidak bisa terbuka, maka pertemuan dengan orang lain yang berada di sebrang pintu tidak akan mungkin dilakukan

Semoga Allah selalu memberi kita kekuatan untuk terus berusaha menggapai cinta-Nya dengan menjalankan apa – apa yang dicintai-Nya.

- Tokyo, 9th of June 2006, @lab-

0 komentar: